• SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta
  • 0274-542928
  • esluha.sekolahku@gmail.com

BERITA

  • Guru Galak

    Guru Galak

     

     

    Oleh: Adriani Margani

     

                Hari ini adalah hari pertama Ukasha masuk sekolah. Ukasha menyiapkan peralatan sekolahnya dengan perasaan tidak terlalu bersemangat. Ukasha tadinya tinggal di Jakarta. Namun, Ayah mendapat surat untuk pindah tugas ke Yogyakarta. Bunda pun memutuskan untuk ikut dengan Ayah karena Ayah ditugaskan untuk waktu yang cukup lama. Lima tahun.

                Sebenarnya Ukasha sempat menolak untuk pindah ke Yogyakarta. Ia ingin tinggal bersama nenek dan kakek saja yang juga tinggal di Jakarta. Ia tidak terlalu menyukai tempat baru, ia sedih meninggalkan teman-teman yang sejak kelas satu telah menjadi teman-teman baiknya. Namun tentu saja Ayah dan Bunda tidak menyetujui rencana Ukasha, tidak ingin merepotkan nenek dan kakek.

    Menurut Bunda, nenek dan kakek sudah tua dan lelah, tidak baik masih direpotkan untuk menjaga cucunya. Biarlah nenek dan kakek menjalani hari tuanya dengan tenang untuk beribadah.

    ***

     

                Tiba di sekolah barunya Ukasha disambut oleh para guru yang berjejer di depan halaman sekolah. Guru-guru laki-laki dan perempuan menyambut siswa-siswi yang berdatangan. Senyum mengembang dan ucapan salam saling mendoakan menghiasi pagi yang cukup dingin.

    Ukasha menyalami para guru dengan hormat. Ia ingat pesan Bunda, jika salim harus penuh penghormatan karena para guru lah yang membuatnya memiliki ilmu baru.

    Menurut Bunda, bersikap sopan merupakan adab kepada guru adalah hal pertama yang harus Ukasha lakukan di sekolah.

    Masih menurut Bunda, adab kepada guru harus benar-benar diperhatikan agar Ukasha memperoleh ilmu yang bermanfaat. Lagipula tidak ada ruginya bersikap sopan kepada orang yang lebih tua. Ukasha ingat pesan dari Ayahnya bahwa Rasulullah menyuruh setiap orang untuk menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.

                “Hei, kamu anak baru ya?” tanya seorang anak lelaki berbadan kurus dan berwajah ramah.

                “Kenalin namaku Axelle,” ucapnya sambil menyodorkan tangan kanan ingin berjabat tangan.

                “Namaku Ukasha.”

                “Yuuk, gabung dengan teman-teman yang lain, sekarang mereka sedang ada di GOR tanding futsal dengan kelas 6!”

                “Kamu suka futsal?” Axelle bertanya sambil berjalan cepat.

                “Suka …, tapi lebih suka sepak bola,” Ukasha menjawab dengan langkah yang tak kalah cepat dengan Axelle.

    ***

                “Assalamualaikum …, Anak-Anak, keluarkan Al Qurannya dan mulai membaca surat Al Hasyr ayat 1 – 5!” Demikian Ustadz Azzam mulai memimpin anak-anak kelas 5 membaca surat Al Hasyr.

                Anak-anak khusyu mengikuti bacaan Ustadz Azzam. Ustadz Azzam berkeliling sambil melihat apakah anak-anak sudah membuka Al Qurannya, dan membaca dengan betul sesuai dengan surat yang sedang dibaca.

                Setelah lima menit, kemudian Ustadz Azzam memanggil satu demi satu anak-anak agar mengulang bacaannya. Ukasha mendapat panggilan pertama dari Ustadz Azzam.

                “Hei Uk, sebelum sekolah disini kamu sekolah dimana?” tanya Axelle.

                “Di Jakarta,” ucap Ukasha setengah berbisik.

    Ukasha ingat pesan Bunda kalau ada yang sedang membaca AlQurna kita harus diam dan mendengarkan agar kita mendapat rahmat.

                “Kamu ikut ekskul futsal di sekolahmu?” tanya Axelle lagi.

                “Tidak, aku ikut sepak bola. Aku masuk tim inti sepak bola di sekolahku.”

                “Oo …., besok ikut tanding ya.”

                “Tapi aku bukan pemain futsal.”

                “Ahh …, tidak apa-apa,” Axelle meyakinkan Ukasha.

               “Axelle dan Ukasha tidak ngobrol lagi!” suara Ustadz Azzam cukup keras, hingga membuat Ukasha kaget.

                Suara Ustadz Azzam memang besar, jadi ketika suaranya dikeraskan menjadi kaget seisi kelas.

                Wajah Ukasha merah sekali, ia malu. Sebagai siswa baru, di hari pertama sudah mendapat teguran  Ia memang merasa salah sudah mengobrol, tapi bukankah ia hanya berbisik-bisik.  Lagi pula Axelle yang memulainya. Aduuuuhhh …, bikin malu saja.

                “Kalian harusnya mengetahui, bagaimana adab orang yang sedang belajar Al Quran, mendengarkan dan menyimak. Bukannya asyik ngobrol,” tegas Ustadz Azzam dengan nada masih terdengar marah.

    ***

                “Assalamu’alaikum …, Assalam’ualaikum.”

    Sepi.

    Ukasha melempar tasnya ke atas sofa yang berwarna coklat tua. Sepatunya pun ia lempar ke kolong meja. Wajahnya kusut.

    Diambilnya remot televisi dan melihat sekilas, tidak ada yang menarik untuknya.  Ada adegan seorang anak perempuan yang tengah bicara dengan nada teriak kepada ibunya yang sudah tua. Pantas saja Bunda tidak pernah terlihat menonton televisi, lebih sering terlihat membaca buku.

                Ukasha menuju ke meja makan, perutnya mulai terasa berbunyi. Lapar.

    Wah! Menu hari ini sangat menggoda selera. Ada sayur asem, tempe goreng, daging goring, dan kerupuk udang.

                Ukasha mengambil nasi secukupnya karena ia punya kebiasaan tidak pernah menyisakan nasi di piringnya. Bunda pernah memutarkan film anak-anak korban perang di Suriah. Untuk makan mereka harus mengantri dan berbagi kepada semua saudara-saudara sesama di camp pengungsian karena makanan yang ada sangat terbatas. Setelah itu, Ukasha tidak pernah lagi menyisakan makanan di piringnya, ia hanya mengambil secukupnya jika kurang ia bisa mengambil lagi. Ia sangat menjaga supaya makanan tidak terbuang sia-sia.

                “Assalamu’alaikum ….”

                “Waalaikumussalam …, Bunda dari mana?”

                “Bunda ada arisan RT di rumah Bu Ria. Ukasha sudah makan belum?”

                “Sudah Bun, enak sekali masakan Bunda, terima kasih ya Bunda.”

                “Sama-sama, Sayang ….”

    Ukasha terbiasa mengucapkan terima kasih kepada Bunda karena Bunda sudah memasak makanan untuk Ukasha. Ukasha bersyukur Bunda diberikan kesehatan oleh Allah sehingga bisa menyiapkan makanan kesukaannya.

                “Tadi bagaimana di sekolah?”

                “Hm, tidak begitu baik, Bun, gurunya galak. Aku dimarahi.”

                “Galak bagaimana? Memangnya kamu berbuat apa?”

                “Aku kan cuma ngobrol, eh dimarahin Ustadz.”

                “Ukasha, kok ngobrol dibilang cuma? Ukasha ngobrol ketika guru sedang menerangkan?” tanya Bunda, matanya menatap lembut Ukasha.

                “Iya Bund, Thariq sedang membaca surat Al Hasyr, aku dan Axelle ngobrol. Tapi pelan, Bund …,” jelas Ukasha.

                “Apa pesan Bunda ketika Al Quran sedang dibacakan?”

                “Dengarkan,” Ukasha menjawab dengan suara pelan.

                “Nah, artinya kalau kamu ngobrol itu boleh tidak?”

                “Hm, tidak Bun.”

                “Jadi sebenarnya wajar tidak jika Ustadz Azzam menegurmu?”

                “Wajar Bun …, tapi aku ngobrolnya bisik-bisik, Bun.”

                “Tetap saja, kamu ngobrol dan tidak mendengarkan bacaan Al Quran yang sedang dibacakan oleh temanmu.”

    Ukasha terlihat bingung mau memberi alasan apalagi ke Bunda. Ukasha memang salah, ia seharusnya menahan diri untuk tidak ngobrol ketika ada yang sedang membaca Al Quran. Itulah adabnya.

                “Bunda berharap kamu lebih memperhatikan adab kita dengan Al Quran, mendengarkan bacaan Al Quran dengan tenang, tidak ngobrol, agar mendapat pahala dan  membuat kasih sayang Allah mengelilingi kita.”

    Bunda pun melanjutkan nasihatnya,

                “Ustadz Azzam tidak galak, Ustadz Azzam sedang memberimu kesempatan untuk mendapatkan pahala, ia tidak ingin kamu melewatkan kesempatan untuk mendapatkan pahala.”

                “Bunda harap kamu memahaminya.”

                “Iya Bunda ….”

                “Apakah kamu tidak menyesal, kamu ada bersama-sama temanmu tapi hanya kamu yang tidak mendapatkan pahala.”

                “Ih, nggak mau dong, Bun.”

                “Nahhhh ….” Bunda tersenyum manis sekali.

                “Sekarang Ukasha mandi ya! Sebentar lagi azan Maghrib. Jadi nanti ketika Ayah datang, sudah siap untuk ke masjid. Ok.”

                “Oke Bunda ….”

                “Ukasha, rapikan tas dan sepatumu juga!” ujar Bunda sambil melirik ke arah sofa.

                “Okeee Bunda ….”

     

KOMENTAR

BERITA LAINNYA

Indeks